Posted by DKT EKONOMI on Sunday, November 16, 2014
The Nielsen Global Survey of Consumer Confidence and Spending Intentions
mengungkapkan bahwa konsumen Indonesia menempati posisi kedua paling
optimistis di dunia setelah India. Hal ini dapat dibuktikan dengan
jumlah skor konsumen yang meningkat menjadi 125 pada kuartal ketiga 2014
dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Agus Nurudin, Managing Director
Nielsen Indonesia menyatakan bahwa kondisi ini terjadi lantaran adanya
kejelasan situasi politik setelah pemilihan presiden. “Pola optimisme
konsumen yang telah kita lihat sebelumnya menjelang masa pemilu kembali
terlihat, dimana indeks kepercayaan diri konsumen meningkat dua poin
pada kuartal ketiga ini.” ujarnya.
Survei ini dilaksanakan sejak 2005 dengan metode mensurvei
kepercayaan diri konsumen serta kekhawatiran utama dan keinginan
berbelanja pada lebih dari 30.000 responden dengan akses Internet di 60
negara. Indeks kepercayaan diri konsumen di atas dan di bawah angka
standar 100 mengindikasikan tingkat optimisme dan pesimisme.
Temuan lainnya menyatakan bahwa konsumen Indonesia tetap fokus
menabung untuk masa depannya. Pada kuartal ketiga 2014, 74% dari mereka
mengalokasikan dana cadangannya untuk menabung setelah menutup
biaya-biaya hidup yang paling utama. Mereka juga siap mengeluarkan dana
cadangan untuk berlibur (41%), berinvestasi di saham atau reksa dana
(33%), membeli produk teknologi baru (30%) dan hiburan di luar rumah
(29%).
Konsumen juga semakin lihai mengurangi pengeluaran sehari-hari ketika
menghadapi inflasi. Dalam hal ini, Indonesia berada pada urutan sepuluh
teratas. Sebanyak 76% dari mereka telah mengubah pola belanja untuk
berhemat. Rinciannya, pengeluaran untuk peningkatan teknologi seperti
komputer atau telepon genggam sebanyak 54% dan mengurangi belanja baju
baru sebanyak 47%.
Di sisi lain, konsumen Indonesia tampaknya tidak bersedia untuk
kompromi bila menyangkut komunikasi, bahan makanan dan layanan keuangan,
sebagaimana terlihat dalam survey ini bahwa konsumen yang mengurangi
pengeluaran untuk biaya telepon hanya 27%, membeli bahan makanan yang
lebih murah hanya 24% dan mencari penawaran yang lebih murah untuk
layanan keuangan hanya 17%.
“Konsumen di Indonesia menerapkan pendekatan yang berhati-berhati
dalam pola belanja mereka. Seiring dengan peningkatan kemakmuran, mereka
tetap hemat dengan pengeluaran mereka. Kemudian seiring dengan naiknya
harga-harga, mereka juga mencari cara untuk menghemat pengeluaran
sehari-hari. Yang menarik adalah, konsumen Indonesia adalah orang-orang
yang sangat terkoneksi satu sama lain. Dengan hanya kurang dari 30%
konsumen yang bersedia mengurangi biaya telepon, kita dapat melihat
bahwa sebagian besar konsumen tidak bersedia kompromi agar mereka tetap
dapat berhubungan dengan orang lain,” tutupnya.
Sumber : swa.co.id